Prestasi & Inovasi

3 Mahasiswa DKV Undika Juara Dunia Lewat Media Sex Education Inklusif

Ajang Bergengsi Tingkat Internasional

Tiga mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika Surabaya (Undika) membuktikan bahwa kreativitas tak punya batas. Mereka adalah Tegar Prasetiyo, Mochammad Rizki Ramadhan, dan Haekal Rahmami Loka Jaya, yang sukses meraih Juara 1 kategori Engineering, Information, Communication, and Technology (ICT) – Prototype Product di ajang The 5th International Innovation Technology Expo (IITE) 2025, bertema “Empowering Ideas Through Innovation: Shaping the Future with Technology and Sustainable Development”, pada bulan Juli lalu.

Mereka menjuarai kompetisi internasional tersebut lewat karya inovatif berjudul “Flanatomy: Innovative Sex Education Learning Media using Augmented Reality (AR) for Students with Intellectual Disabilities to Support the Achievement of the Sustainable Development Goals (SDGs)”. Lomba ini diselenggarakan secara online oleh Politeknik Indonusa Surakarta dan diikuti oleh beberapa negara di Asia Timur hingga Afrika.

Haekal Tegar dan Kiki
3 Mahasiswa DKV Undika di Balik Karya Flanatomy, Media Pembelajaran Sex Education
(dari kiri: Haekal, Tegar, dan Kiki)

Belajar Sex Education secara Interaktif dengan Flanatomy

Jika sebelumnya Flanatomy membahas organ tubuh manusia secara umum, kali ini tim yang bernama ‘PBG Idea’ ini menyoroti organ reproduksi sebagai bagian dari sex education yang ramah untuk anak dengan disabilitas intelektual.

Flanatomy merupakan media pembelajaran sex education interaktif berbahan kain flanel yang dilengkapi teknologi Augmented Reality (AR). Media ini dirancang agar siswa dengan disabilitas intelektual dapat memahami anatomi tubuh dan sex education secara aman, menyenangkan, dan inklusif.

Baca artikel tentang Flanatomy sebagai Media Pembelajaran Organ Tubuh Interaktif di sini -> Mahasiswa DKV Undika Ciptakan Flanatomy, Media Pembelajaran Organ Tubuh Manusia yang Interaktif

Secara teknologi dan bahan, versi terbaru ini tidak jauh berbeda dari edisi sebelumnya. Perbedaan utama terletak pada fokus materi dan fitur interaktifnya, terutama pada organ reproduksi perempuan yang dilengkapi fitur trimester kehamilan. Melalui fitur ini, pengguna dapat melihat perubahan bentuk janin dari trimester pertama hingga keenam.

Artikel Lainnya :  Buku Ilustrasi Digital “Mengenal Pahlawan dalam Upacara Bendera” Tawarkan Kisah Pahlawan secara Kreatif

Tegar mengungkapkan bahwa ide pengembangan Flanatomy edisi sex education berawal dari keprihatinan tim terhadap kasus pelecehan seksual pada anak-anak berkebutuhan khusus.

“Melalui media ini, kami ingin memberikan pemahaman sederhana tentang bagian tubuh dan organ reproduksi, agar siswa SLB dapat mengenali area pribadi dan belajar melindungi diri dari tindakan yang tidak pantas,” tuturnya.

Dari sisi desain, tim menyesuaikan warna dan tipografi agar ramah bagi anak-anak SLB. Warna yang digunakan dibuat lebih lembut, seperti maroon, pink muda, dan pink tua. Ini merupakan hasil dari evaluasi bersama guru SLB dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) beberapa waktu lalu. Warna tersebut dianggap tetap edukatif tanpa menimbulkan kesan menakutkan.

Flanatomy Media Pembelajaran Sex Education berbasis AR
Flanatomy, Media Pembelajaran Sex Education berbasis AR

Dari Ide Kecil Jadi Inovasi Global

“Awalnya kami cuma ingin bikin sesuatu yang bermanfaat dan dekat dengan kehidupan anak-anak,” tutur Tegar, ketua tim ‘PBG Idea’ yang kini duduk di semester lima DKV Undika. Ide Flanatomy lahir dari keprihatinan mereka terhadap minimnya media edukatif yang ramah bagi penyandang disabilitas intelektual.

Berawal dari riset sederhana di kelas, Tegar, Kiki, dan Haekal kemudian mengembangkan media berbasis visual communication design yang dikombinasikan dengan teknologi digital. “Kami melalui banyak tantangan, tapi kami terus berusaha yang terbaik untuk menyempurnakan media ini sebagai sarana anak dengan disabilitas intelektual belajar sex education,” tambah Mochammad Rizki Ramadhan, atau akrab disapa Kiki.

Bagi Tegar dan tim, kemenangan ini terasa istimewa. Ini bukan pertama kalinya mereka mengikuti ajang internasional. Sebelumnya, mereka juga pernah mewakili Undika di kompetisi internasional dan berhasil membawa pulang medali emas. (baca artikel lengkapnya di sini -> Trio Mahasiswa DKV Undika Go International, Raih 3 Medali Emas di Lomba JISF).

“Kami betul-betul latihan total dan all out, bahkan sampai kami pernah latihan sampai jam dua pagi,” kenang Tegar.

Artikel Lainnya :  Board Game Futuristik Karya Mahasiswa DKV Kenalkan Ragam Budaya Indonesia

Persiapan panjang itu membuahkan hasil. Dari beberapa peserta dari berbagai negara, karya Flanatomy dinilai paling inovatif karena berhasil menggabungkan pendekatan desain, teknologi, dan empati sosial dalam satu produk nyata.

Chemistry Kuat Jadi Kunci Sukses PBG Idea

Di balik inovasi media pembelajaran sex education Flanatomy, tersimpan cerita tentang kekompakan dan kepercayaan antaranggota tim yang menjadi kunci keberhasilan mereka. Meski datang dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda, Tegar, Haekal, dan Kiki mampu membangun chemistry yang kuat hingga membuat mereka tumbuh bersama dalam setiap proses.

Haekal mengungkapkan bahwa kepercayaan dari Tegar, sang kakak tingkat, menjadi salah satu hal yang membuatnya semakin berani dan termotivasi untuk belajar.

“Awalnya aku merasa kurang berpengalaman, tapi dengan kepercayaan dari Mas Tegar, aku jadi terpacu buat terus belajar dan gak mau kalah. Kita saling komunikasi dan saling dorong satu sama lain,” ujar Haekal.

Rasa saling dukung itu juga terasa ketika mereka menghadapi tekanan, terutama saat mengikuti kompetisi internasional. Alih-alih saling menyalahkan, mereka memilih untuk saling menguatkan. “Kadang minder, apalagi kalau lombanya pakai bahasa Inggris. Tapi kita selalu saling backup. Kalau satu capek, yang lain bantu angkat semangatnya,” cerita Kiki.

Sementara itu, Tegar sebagai anggota paling senior mengaku awalnya adalah tipe yang lebih suka bekerja sendiri. Namun, lewat proses membimbing dan bekerja bersama Haikal serta Kiki, pandangannya berubah.

“Aku nggak nyari orang yang paling pintar, tapi yang mau belajar bareng. Aku sendiri juga masih belajar dari mereka,” katanya.

Menurut Tegar, kekuatan utama tim ini bukan pada siapa yang paling hebat, tapi pada kemampuan mereka untuk saling terbuka, saling mengisi, dan memperbaiki diri bersama. Sejak awal, ia menanamkan pentingnya membangun chemistry sebelum pembagian tugas.

Artikel Lainnya :  Keterbatasan Alat bukan Penghalang, Mahasiswa DKV Raih Juara Fotografi tingkat Nasional

“Kalau nggak sefrekuensi, nggak searah, pasti berat. Jadi yang utama itu rasa percaya dan komunikasi,” tambahnya.

Kini, ketiganya bukan hanya rekan satu tim di bawah nama ‘PBG Idea’ dalam lomba, tetapi juga sahabat yang selalu mendukung satu sama lain, baik di dalam maupun di luar kampus. Kebersamaan dan rasa saling percaya itu menjadi pondasi yang membuat mereka terus berkembang dan berprestasi hingga saat ini.

3 Mahasiswa DKV Undika Dibalik Karya Flanatomy
Chemistry Jadi Kunci Utama PBG Idea


Didukung Kampus IT yang Ramah Kreativitas

Kesuksesan mereka tak lepas dari dukungan Universitas Dinamika Surabaya (Undika), kampus IT tempat mereka menimba ilmu. Sebagai kampus swasta yang berfokus pada pengembangan teknologi dan kreativitas, Undika menyediakan ruang eksplorasi yang luas bagi mahasiswanya.

Dukungan fasilitas laboratorium, bimbingan dari dosen, hingga kebebasan riset membuat tim ini leluasa memadukan desain dan teknologi. Prestasi mereka menjadi bukti bahwa kampus Surabaya seperti Undika mampu melahirkan inovator yang siap bersaing di panggung dunia, bukan hanya di lingkup nasional.


Karya dari Hati, untuk Masa Depan yang Inklusif

Lebih dari sekadar prestasi, Flanatomy adalah cerminan empati dari ketiga mahasiswa ini. “Kami ingin bikin media yang bisa bantu anak-anak memahami tubuh mereka dengan cara yang positif. Karena pendidikan seks bukan hal tabu, tapi penting untuk keselamatan dan kemandirian mereka,” ujar Tegar dengan nada tegas namun hangat.

Kisah Tegar, Kiki, dan Haekal menjadi bukti bahwa kreativitas dan solidaritas yang disertai kepedulian sosial bisa menghasilkan karya luar biasa. Dari ruang kelas kampus IT Universitas Dinamika Surabaya, mereka berhasil membawa nama Undika hingga ke panggung internasional.

Dan dari selembar kain flanel yang sederhana, lahirlah inovasi yang mungkin bisa mengubah masa depan pendidikan inklusif di Indonesia.

Flanatomy Media Pembelajaran Sex Education untuk Anak dengan Disabilitas Intelektual
Media Pembelajaran Sex Education untuk Penyandang Disabilitas Intelektual

Artikel Terbaru