Hewan merupakan makhluk hidup yang beriringan dengan kita tiap harinya. Hewan peliharaan seperti kucing dan anjing dianggap sebagai teman baik bagi seseorang, khususnya untuk anak dalam tumbuh kembangnya.
Namun, terdapat sebuah isu serius seputar hewan yang sering terabaikan, yaitu kekerasan terhadap hewan (animal abuse). Seringkali gambar atau video kekerasan terhadap hewan bertebaran di media sosial.
Beberapa oknum dengan semena-mena melukai hewan dengan tindakannya. Kondisi ini menandakan bahwa masalahnya bukan sekadar perilaku sesaat, melainkan juga soal minimnya empati sejak usia dini.
Berangkat dari keresahan tersebut, Krissanti Anggi Utami, mahasiswa prodi S1 Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika angkatan 2021, menghadirkan sebuah karya inovatif.
Ia merancang sebuah pop up book interaktif berjudul “Petualangan Aruna dan Sekala”, yang tak hanya menarik secara visual, tetapi juga sarat nilai edukasi untuk menumbuhkan rasa peduli anak terhadap hewan dan menghindari animal abuse.

Dari Isu Animal Abuse ke Sebuah Buku Edukasi
Inspirasi Anggi berangkat dari isu serius animal abuse. Menurut data yang telah ia kumpulkan, kasus kekejaman pada hewan di Indonesia menduduki peringkat yang cukup tinggi. Ironisnya, sebagian besar kasus tersebut justru diunggah ke media sosial oleh anak-anak dan remaja.
“Saya ingin memberikan edukasi kepada anak-anak sejak dini agar mereka tidak melakukan kekejaman kepada hewan. Hewan itu sama seperti kita, sama-sama makhluk hidup yang punya emosi dan bisa merasakan sakit,” ungkap Anggi.
Melalui buku ini, ia berharap anak-anak berumur 7-11 tahun dapat memahami batasan dalam memperlakukan hewan sejak dini.
Bagi Anggi, empati harus ditanamkan di masa kecil agar kelak anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan tidak menyakiti makhluk hidup lain.
Karakter dan Cerita Fantasi di ‘Dunia Petopia’
Buku ini mengisahkan dua tokoh utama, kakak beradik Aruna dan Sekala. Mereka suka dengan hewan, tetapi belum memahami bagaimana cara memperlakukan hewan dengan benar.
Suatu hari, mereka menemukan sebuah medali emas yang membawa mereka masuk ke dunia fantasi bernama Petopia, sebuah dunia yang dihuni berbagai binatang seperti kucing, anjing, hingga kelinci.
Cici, seekor kelinci, berperan sebagai pemandu Aruna dan Sekala dalam menjelajahi Petopia. Di dalam perjalanan, mereka menemui berbagai konflik yang dikemas dalam bentuk misi, seperti menolong anak kucing yang hanyut atau memberi makan hewan dengan cara yang tepat.
Setiap misi dirancang untuk menumbuhkan empati anak. “Kalau anak sudah tergerak untuk menolong hewan, berarti empati itu sudah muncul,” jelas Anggi.

Melakukan Riset yang Mendalam
Untuk menghasilkan karya inovatif ini, Anggi melakukan riset mendalam tentang animal abuse selama dua semester. Pada semester tujuh, ia melakukan wawancara, observasi, dan konsultasi dengan berbagai pihak: dokter hewan, klinik hewan di Surabaya, psikolog anak, serta orang tua yang memiliki anak dengan hewan peliharaan. Semua itu dilakukan agar buku yang dibuat sesuai dengan kebutuhan edukasi anak-anak usia 7–11 tahun.
Pada tahap berikutnya, ia fokus ke tahap produksi, mulai dari ilustrasi, desain, hingga perakitan buku secara manual.
“Ini pertama kalinya saya membuat buku pop up. Banyak trial and error, hingga membutuhkan dua sampai tiga minggu hanya untuk satu buku. Semuanya full handmade,” cerita Anggi sambil tertawa.
Dalam karya pop up book milik Anggi juga dibekali oleh beberapa media pendukung yang didesain lucu dan menarik bagi anak-anak. Beberapa diantaranya adalah buku planner, boneka kucing rajut, pin, sticker, dan masih banyak lagi.
Dibekali Teknologi Augmented Reality (AR)
Keunikan karya ini tidak berhenti pada ilustrasi menarik dan pop up 3D saja. Anggi juga menambahkan elemen augmented reality (AR) di dalam buku. Setiap misi bisa dipindai menggunakan perangkat, lalu muncul animasi singkat berdurasi kurang dari satu menit.
“Di AR itu anak-anak bisa melihat animasi Aruna dan Sekala menolong hewan, lengkap dengan suara hewan. Jadi mereka lebih mudah memahami emosi hewan, misalnya suara kucing yang minta tolong atau anjing yang sedih,” jelasnya.
AR ini juga memiliki fitur suara, sehingga anak-anak tidak hanya dimanjakan oleh karya visual saja, namun juga belajar melalui audio. Hal ini pula dapat meningkatkan interaktivitas anak terhadap pop up book ‘Petualangan Aruna & Sekala’.

Uji Coba ke Anak-anak
Anggi memilih teknik V-fold dan lift the flap dalam buku pop up-nya. Pemilihan ini berdasarkan hasil uji coba langsung kepada anak-anak. Dari beberapa teknik yang dicoba, dua teknik itu paling disukai karena bisa digerakkan dan tampak lebih nyata.
Ia pun telah melakukan testing karyanya di Taman Flora, Surabaya. Anak-anak terlihat antusias saat mencoba buku tersebut. Bahkan, orang tua yang ikut hadir juga memberikan masukan agar buku lebih sempurna.
“Alhamdulillah responnya bagus. Anak-anak suka karena bisa berinteraksi langsung dengan bukunya dan ada animasinya,” katanya.
Proses uji coba ini menjadi bukti nyata bahwa buku tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga berhasil menyampaikan pesan empati akan isu animal abuse kepada target pembacanya.
Anak-anak yang mencoba terlihat senang sekaligus penasaran, sedangkan orang tua merasa buku ini bisa menjadi alternatif bacaan edukatif yang menyenangkan.
Pentingnya Edukasi Animal Abuse
Melalui “Petualangan Aruna dan Sekala”, Anggi berharap edukasi tentang animal abuse dan pentingnya memperlakukan hewan dengan baik bisa lebih luas tersampaikan.
Lebih jauh, Anggi percaya bahwa buku interaktif semacam ini dapat menjadi tren baru dalam dunia literasi anak di Indonesia. Dengan kombinasi visual menarik, interaktivitas pop up, dan teknologi AR, anak-anak tidak hanya membaca, tetapi juga mengalami cerita secara lebih mendalam.
Hal ini diharapkan mampu meninggalkan kesan kuat, sehingga pesan tentang kasih sayang terhadap hewan bisa benar-benar tertanam dalam diri mereka.