Kabar gembira kembali datang dari Universitas Dinamika Surabaya (Undika). Gibran El-Fahmi, mahasiswa Teknik Komputer Undika angkatan 2024 berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih Juara 3 Lomba Artificial Intelligence tingkat nasional pada lomba yang bertajuk ‘Code Challenge Bidang Artificial Intelligence‘ yang digelar oleh HIMA Teknologi Informasi (HIMATISI) Telkom University Surabaya.
Lomba ini diselenggarakan pada bulan Agustus 2025 secara offline dan merupakan lomba AI pertama yang ia ikuti dan langsung pulang dengan membawa prestasi yang luar biasa.

Mengerjakan Proyek Prediksi Transportasi Berbasis Machine Learning
Gibran bercerita, dalam kompetisi ini, ia bersama peserta ditantang mengembangkan solusi terkait efisiensi transportasi perkotaan. Gibran mengerjakan proyek prediksi volume perjalanan di setiap zona kota menggunakan machine learning.
Meski kompetisinya mengusung tema Artificial Intelligence, proyek yang Gibran lombakan adalah model machine learning. Dalam dunia teknologi, machine learning memang menjadi salah satu cabang utama dari AI dan justru jadi fondasi dari banyak sistem kecerdasan buatan masa kini. Penilaiannya pun berfokus pada pemilihan dataset, performa model, serta bagaimana peserta memecahkan masalah menggunakan pendekatan kecerdasan buatan.
Dataset besar berisi data demografi, fasilitas wilayah, hingga variabel-variabel pendukung mobilitas telah disediakan dari penyelenggara acara. Dari data tersebut, peserta harus menganalisis, mengolah, dan membangun model untuk memprediksi volume perjalanan di berbagai zona (Zona A, B, C, dan seterusnya).
Gibran mengatakan hal yang membuat dirinya terasa tertantang untuk mengerjakan lomba ini.
“Yang menantang bagiku itu analisis datanya. Datanya ribuan sampai puluhan ribu baris, enggak mungkin dianalisis manual. Jadi harus hitung rata-rata, persentil, sampai analisisnya,” jelas alumnus dari SMA Negeri 1 Kediri tersebut.
Dua Minggu Penuh Trial-and-Error
Kompetisi berlangsung selama dua minggu, periode di mana Gibran harus berkali-kali memperbaiki model agar performanya semakin baik.
“Kalau sudah tahu letak kurangnya, cepat. Tapi kalau modelnya terasa sudah bagus tapi skornya masih kurang, itu yang makan waktu dua harian sendiri,” ujarnya.
Tahap penyisihan dilakukan online melalui platform Kaggle. Akumulasi nilai peserta ditentukan dari skor Kaggle (70%) dan laporan (30%). Lima tim dengan nilai tertinggi kemudian maju ke final offline di yang diselenggarakan di kampus Telkom University Surabaya.
Di babak final, peserta mempresentasikan proyeknya dan menjawab pertanyaan teknis dari dewan juri.

Memiliki Passion dalam Machine Learning
Dalam lomba ini, Gibran memang memilih untuk maju seorang diri, karena ia ingin membuktikan kemampuannya dan memperdalam passion di bidang machine learning, bidang yang sejak awal sangat ia minati.
“Memang dari awal aku ada keinginan untuk ngerjain sendiri. Biar aku bisa fokus dan memahami prosesnya dari awal sampai akhir,” jelasnya.
Karena itu, seluruh rangkaian lomba mulai dari analisis dataset, pemrograman model, penyusunan laporan, pembuatan PPT, hingga presentasi final semuanya ia kerjakan sendiri.
Meski begitu, Gibran tetap mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Ayahnya yang memiliki latar belakang IT sering membantu mengecek laporan dan memberikan masukan ringan.
“Pas liburan semester itu aku banyak kerjain di rumah, dan ayahku membantu ngecek laporan. Jadi aku merasa sangat di-support banget sama keluarga,” tambah Gibran.
Keputusan untuk maju seorang diri justru membuatnya semakin memahami proses machine learning secara menyeluruh dan membangun kepercayaan diri saat menghadapi tantangan kompetisi nasional.
Dari Iseng, Berbuah Prestasi Nasional
Menariknya, Gibran mengaku awalnya mengikuti lomba ini hanya karena iseng. Saat masa liburan, ia sedang mendalami machine learning dan menemukan poster lomba tersebut. Ia sempat bertanya ke pihak kemahasiswaan apakah biaya pendaftaran bisa difasilitasi kampus. Setelah mendapat konfirmasi, ia langsung mendaftar.
Tak disangka, keputusan ‘iseng’ itu justru membawa hasil yang luar biasa.
“Ini lomba AI pertama yang aku ikuti, dan ini juga prestasi pertamaku sejak kuliah di kampus ini. Rasanya deg-degan tapi rewarding banget,” ungkapnya
Prestasi ini tidak membuatnya berhenti. Setelah lomba ini, Gibran kembali mengikuti lomba artificial intelligence lainnya diselenggarakan oleh kampus lain di Indonesia. Ia sudah lolos ke tahap final dan kini tinggal menunggu hasil pengumuman pada bulan November.
Sebelumnya, ia juga pernah ikut lomba data mining yang diselenggarakan di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Meski belum berhasil masuk final, pengalaman tersebut justru memotivasinya untuk terus berkembang.
“Jangan takut ikut lomba meskipun sendirian. Coba dulu saja. Kalau terus takut, kapan majunya? Kuncinya adalah, just do it!” pungkasnya.
