Ketika Desain Nggak Harus Rapi-Rapi Banget
Selama ini, kita diajarin kalau desain yang bagus itu bersih, tertata rapi, dan enak dipandang. Warna harus matching, layout harus simetris, dan font jangan terlalu banyak gaya. Tapi sekarang, ada tren baru di dunia branding yang justru menabrak semua aturan itu.
Namanya tren visual branding anti-establishment. Alih-alih tampil “profesional”, brand-brand ini malah tampil nyeleneh, berantakan, bahkan kadang sengaja terlihat ‘jelek’. Aneh? Iya. Tapi justru karena itu mereka mencuri perhatian.
Apa Itu Visual Branding Anti-Establishment?
Secara singkat, ini adalah gaya desain yang melawan standar visual mainstream. Kalau biasanya branding identik dengan desain elegan dan seragam, tren ini justru kebalikannya. Ciri-cirinya:
- Layout-nya acak-acakan.
- Warna-warnanya berani dan kontras.
- Tipografinya kadang “sakit mata”.
- Kadang pakai efek glitch, grunge, atau retro yang nggak mulus.
- Pokoknya kelihatan “nggak beres”—tapi sengaja.
Gaya ini muncul sebagai bentuk kritik atau perlawanan terhadap dunia desain yang dianggap terlalu “dipoles”, terlalu rapi, terlalu palsu. Banyak brand ingin tampil lebih jujur, lebih berani, dan lebih dekat dengan audiens muda yang suka keunikan dan anti-mainstream.
Kenapa Tren Ini Bisa Muncul?
Ada beberapa alasan kenapa desain-desain “berantakan” ini makin populer, terutama di kalangan Gen Z:
- Audiens udah jenuh sama desain yang itu-itu aja. Feed media sosial sekarang isinya template-template sempurna, warna pastel, dan font aesthetic. Bosan? Banget.
- Brand pengen keliatan lebih real dan manusiawi. Gaya anti-establishment bikin brand terasa lebih “raw” dan apa adanya.
- Pengaruh budaya indie dan internet. Sekarang siapa aja bisa bikin desain, bikin brand. Nggak harus pakai agensi. Akhirnya, standar visual jadi lebih bebas dan beragam.
- Kebutuhan untuk standout. Di tengah lautan konten yang terlalu rapi, sesuatu yang kelihatan “salah” justru menarik perhatian.
Brand-Brand yang Ngikutin Tren Ini
Beberapa contoh brand yang sukses pakai pendekatan ini:
- Liquid Death
Ini brand air minum, tapi brand-nya bergaya metal, punk, dan ekstrem. Desainnya gelap, penuh ilustrasi tengkorak, dan font ala band metal. Branding-nya jelas anti-establishment banget.

- Balenciaga
Merek fashion ini udah lama dikenal suka tampil aneh. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, mereka sengaja bikin iklan yang “nggak proper”, kayak foto blur, lighting jelek, atau model posenya absurd. Karena ke-absurdan itu maka produknya menjadi viral dan dijadikan parodi.
@m_36_a Nggak boleh flexing, harus tetep down to earth ya @bu_dewi_saja ♬ suara asli – Bu Dewi & Bu Mega
- MSCHF
Brand ini selalu ngeluarin produk yang aneh, kayak sepatu “Big Red Boots”, atau kolaborasi yang absurd. Visual branding mereka sengaja dibuat acak dan nyeleneh banget. - Wendy’s (di Twitter)
Walaupun bukan visual, tone komunikasi mereka juga nyeleneh dan sarkas. Branding verbal yang juga anti-korporat.
Contoh-contoh ini menunjukkan kalau “melawan aturan” bisa jadi strategi yang efektif, asal tahu audiensnya.
Plus Minusnya Gaya Ini
Keuntungan:
- Unik dan menarik perhatian.
Di tengah dunia yang terlalu seragam, desain ini langsung menonjol. - Terasa lebih jujur dan otentik.
Nggak berusaha tampil sempurna, tapi punya karakter kuat. - Dapet simpati Gen Z dan komunitas underground.
Gaya ini dekat dengan kultur meme, DIY, dan “nggak usah jaim”.
Kekurangan:
- Nggak cocok buat semua brand.
Bank, rumah sakit, atau instansi formal mungkin nggak bisa pakai gaya ini. - Bisa dianggap asal-asalan.
Kalau nggak hati-hati, orang bisa mengira desainmu “nggak niat”. - Sulit bikin konsistensinya.
Karena tampilannya bebas, menjaga identitas visual bisa jadi tantangan.
Apa Artinya Buat Anak DKV?
Sebagai mahasiswa DKV, penting banget buat paham konteks di balik tren. Desain itu bukan cuma soal bagus atau jelek—tapi soal tepat atau nggaknya dalam menyampaikan pesan. Tren anti-establishment ini ngasih pelajaran bahwa kadang, untuk jadi efektif, desain harus berani berbeda—even terlihat ‘salah’.
Kita juga belajar bahwa desain itu dinamis. Apa yang dianggap “jelek” hari ini, bisa jadi “keren” besok, tergantung konteksnya. Yang penting: tahu alasannya, bukan ikut-ikutan.
Melawan, Tapi Tetap Tahu Arah
Visual branding anti-establishment adalah bukti bahwa dunia desain selalu berubah. Tren ini mengajarkan kita bahwa melanggar aturan bukan berarti nggak profesional—asal kita tahu kenapa kita melanggarnya.
Buat desainer muda, ini jadi peluang untuk eksplorasi, bereksperimen, dan nemuin suara visual sendiri. Dan yang paling penting, kita jadi sadar: kadang, yang bikin orang tertarik bukan desain yang sempurna, tapi yang jujur dan berani tampil beda.
Tertarik Jadi Bagian Dunia Desain Visual yang Kreatif dan Relevan?
Gabung dan kembangkan kreativitasmu di: S1 Desain Komunikasi Visual – Universitas Dinamika
Di sini, kamu akan belajar banyak hal seputar:
- Desain grafis dan komunikasi visual
- Branding dan strategi kreatif
- UI/UX, animasi, fotografi, dan multimedia
- Kolaborasi proyek nyata dan kerja industri
Dengan dukungan dosen profesional, kurikulum kekinian, dan fasilitas yang lengkap, kamu siap jadi desainer visual masa depan yang berani beda dan relevan di era digital.

Yuk daftar sekarang!
Waktunya kamu mulai perjalanan kreatifmu bareng Universitas Dinamika.