Apa Itu Malam Satu Suro?
Malam Satu Suro sering kali bikin merinding, bukan cuma karena suasananya yang sunyi dan khidmat, tapi juga karena cerita-cerita mistis yang melekat di baliknya. Dalam budaya Jawa, malam ini dianggap sangat sakral—bukan sekadar malam biasa.
Secara kalender, malam satu suro adalah malam pertama di bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Bulan Suro sendiri dianggap sebagai bulan yang penuh makna spiritual, mirip seperti Muharram dalam kalender Islam. Malam ini dipercaya sebagai waktu yang “wingit” atau keramat, di mana batas antara dunia manusia dan dunia gaib terasa lebih tipis. Karena itulah, banyak orang memilih untuk menyepi, berdoa, dan tidak melakukan aktivitas yang berisiko.
Malam satu suro bukan hanya soal kepercayaan, tapi juga bagian dari warisan budaya yang terus hidup khususnya di tengah masyarakat Jawa hingga saat ini.

Makna dan Tradisi Malam Satu Suro
Dalam ajaran Kejawen, malam ini adalah waktu untuk menyepi. Banyak orang memilih menjauh dari keramaian dan melakukan “laku tirakat” seperti berdoa, meditasi, atau bahkan puasa. Tujuannya adalah untuk introspeksi dan memulai tahun yang baru dengan hati yang bersih.
Beberapa tradisi yang masih dijalankan antara lain:
- Kirab pusaka di keraton Yogyakarta dan Solo
- Mubeng benteng, berjalan keliling keraton Yogyakarta tanpa alas kaki dan tanpa bicara (tapa bisu)
- Ziarah ke makam leluhur atau tempat keramat
- Ngumbah keris, membersihkan keris atau benda pusaka lainnya
- Larung sesaji di laut atau sungai untuk “membersihkan diri” dari energi buruk
Yang menarik, banyak masyarakat juga sengaja mematikan TV, menjauh dari media sosial, bahkan tidak keluar rumah terlalu malam. Semua dilakukan untuk menghormati malam yang diyakini memiliki kekuatan spiritual tinggi.
Pantangan dan Hal Mistis yang Masih Diyakini
Meskipun tidak semua orang percaya, masih banyak yang menghindari beberapa hal di malam satu suro, seperti:
- Menikah atau mengadakan pesta
- Berpergian jauh atau keluar malam
- Mengucapkan hal-hal buruk atau bersikap kasar
Malam ini dipercaya adalah malam saat “tirai” antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi lebih tipis. Jadi, lebih baik menjaga diri, laku, dan ucapan.
Malam Satu Suro di Film Horor Indonesia

Kalau kamu penggemar film horor klasik, pasti nggak asing sama film “Malam Satu Suro” (1988) yang dibintangi oleh aktris legendaris Indonesia, Suzanna. Film ini bercerita tentang Suketi, sosok wanita yang bangkit dari kubur sebagai sundel bolong di malam satu suro. Suasana film yang sunyi, mencekam, dan penuh simbol-simbol mistis, sukses bikin film ini jadi legenda tersendiri.
Lewat film itu, kita bisa lihat bagaimana budaya dan kepercayaan masyarakat Jawa tentang malam satu suro digambarkan secara dramatis. Serem tapi tetep bikin yang nonton seru!
Antara Tradisi, Keyakinan, dan Refleksi Diri
Terlepas dari sisi mistisnya, malam satu suro bisa jadi momen yang tepat buat kita berhenti sejenak, menenangkan pikiran, dan merenungkan perjalanan hidup. Tradisi ini mungkin terlihat tua, tapi nilai-nilainya masih relevan, seperti tentang menghargai waktu, menjaga sikap, dan memperbaiki diri.
Kalau kamu tertarik mendalami budaya lokal seperti ini lebih jauh, kamu bisa temukan wadahnya di Universitas Dinamika. Ada program studi yang nggak cuma fokus ke akademik, tapi juga memperkaya pemahamanmu soal budaya yang ditampilkan dalam desain. Contohnya adalah jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika. Atau kalau kamu berminat buat film, jurusan Produksi Film dan Televisi bakal cocok buatmu!
Informasi lebih lanjut seputar Universitas Dinamika, kunjungi www.dinamika.ac.id