Salad Vietnam Premium dengan Topping Unik
Belakangan ini, dunia kuliner Indonesia sedang ramai kedatangan makanan-makanan viral dari luar negeri. Ingat bagaimana viralnya croffle sempat membuat antrean panjang di kafe-kafe? Atau Korean garlic bread yang sempat menjadi rebutan orang-orang di toko roti?
Nah, tren makanan global ini sepertinya belum mau berhenti. Salah satu yang sekarang lagi banyak dilirik adalah salad Vietnam—hidangan segar yang jadi pilihan pas buat kamu yang ingin makan sehat tapi tetap enak.
Salad Vietnam biasanya terdiri dari sayuran segar, tambahan protein seperti ayam, udang, atau ikan, lalu dipadu dengan saus khas yang membuat orang ketagihan. Praktis, ringan, tapi tetap kaya rasa. Tidak heran kalau belakangan banyak orang Indonesia yang mulai menjadikannya ide usaha, apalagi tren hidup sehat juga makin populer.
Di tengah ramainya jualan salad Vietnam, ada satu kreasi hidangan ini yang terlihat berbeda. Seorang mahasiswi S1 Manajemen Bisnis Universitas Dinamika bernama Dinda Fevi Anggraini, hadir dengan versinya sendiri, yaitu menyajikan salad Vietnam bukan cuma sebagai makanan sehat, tapi juga makanan fancy dengan varian topping unik dan premium—mulai dari salmon, ubur-ubur, sampai black caviar.

Berawal dari Hobi
Dinda, begitu biasa ia dipanggil, bukan sosok yang asing dengan dunia dapur. Sejak kecil, ia memang akrab dengan aktivitas masak-memasak. Dari sekadar bantu ibunya menyiapkan makanan keluarga, sampai eksperimen bikin resep sendiri ketika mengenyam pendidikan di SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo.
Bahkan, ia pun pernah membuat es buah yang ia bekukan dan berbentuk stick (popsicle) saat ia SD. Ia mengaku bahwa pada saat itu ia terinspirasi dari es krim stik, lalu ia terbesit pemikiran untuk membuat es serupa namun dengan sedikit sentuhan kreativitas. Es buah yang ia buat pun ia jual ke teman-temannya, dan ia juga meraup keuntungan dari hasil penjualan tersebut.
“Aku tuh tipikal orang yang gampang penasaran. Kalau lihat makanan unik, pasti kepikiran ‘bisa nggak ya aku bikin versi sendiri?’,” ujarnya sambil tertawa.
Kebiasaan itulah yang akhirnya menuntunnya ke dunia kuliner. Meski statusnya sekarang adalah mahasiswa semester akhir di S1 Manajemen Bisnis Universitas Dinamika (Undika) Surabaya, Dinda tetap konsisten menjadikan hobi masaknya sebagai sesuatu yang produktif.
Awal Mula Usaha “Salad Raucu Vietnam”
Dinda mengatakan bahwa bertemunya Dinda dengan salad Vietnam terjadi secara tidak disengaja. Saat itu, ia sedang scrolling media sosial dan melihat banyak food blogger yang mengulas menu segar asal Vietnam ini. “Awalnya aku cuma penasaran aja. Salad kan biasanya identik sama sayuran plain, tapi kok yang versi salad Vietnam ini keliatannya lebih menarik,” ceritanya.
Terinspirasi dari postingan yang telah ia lihat di media sosial, ia pun mencoba membuat salad Vietnam sendiri dengan bahan seadanya. Hasil percobaan pertama langsung mencuri perhatian keluarganya.
“Saat itu keluargaku mencoba salad yang aku buat. Ayahku bilang kalau enak, segar banget, dan kalau dijual pasti ada yang beli,” tutur Dinda sambil mengingat ucapan ayahnya.
Rupanya, ucapan sederhana dari ayahnya menjadi pemantik semangat Dinda untuk mulai mencoba berbisnis salad Vietnam. Akhirnya, setelah melalui pertimbangan yang serius, ia pun memutuskan mulai berjualan salad Vietnam melalui media sosial Instagram dan Whatsapp dengan nama brand ‘Salad Raucu Vietnam’.
‘Salad Raucu Vietnam’ memiliki dua kategori menu, yaitu salad roll Vietnam dan salad bowl. Untuk bumbu (dressing) yang digunakan oleh Dinda pun menggunakan dressing yang diracik sendiri oleh Dinda agar bisa menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Salad ini bisa dipesan via online di Whatsapp dan Instagram, serta berbasis di Surabaya dan Sidoarjo.
Teman kuliahnya jadi pembeli pertama, lalu merembet ke lingkaran yang lebih luas. Dari mulut ke mulut, dari viralnya video di Instagram yang ditonton hingga 861 ribu orang, dari hasil review orang yang puas dengan produknya, ‘Salad Raucu Vietnam’ buatan Dinda pun makin dikenal oleh masyarakat luas.

Lika-Liku dalam Berbisnis
Tentu saja perjalanan bisnis yang dirintis oleh Dinda tidak mulus-mulus aja. Salah satu tantangan terbesar di awal adalah modal. Sebagai mahasiswa, Dinda tidak memiliki punya banyak modal awal untuk berjualan. Beruntung, sang ayah mendukung penuh dengan memberikan sedikit modal awal. “Ayahku selalu bilang, coba aja dulu. Kalau gagal, ya jadi pengalaman,” kenangnya.
Selain modal, Dinda juga harus belajar tentang packaging dan promosi. Ia mengaku sempat kebingungan bagaimana cara membuat produknya terlihat menarik di foto. Akhirnya ia belajar otodidak dari beberapa platform seperti YouTube dan Pinterest.
Beberapa kali, Dinda mengalami kegagalan. Saladnya terlihat berantakan, salad roll-nya bocor, atau fotonya kurang menarik untuk dijual. Tapi, dari situ ia makin terlatih.
“Yang paling berat itu sebenarnya konsistensi. Ada masanya order sepi, aku jadi kepikiran apakah usahaku bisa jalan terus. Tapi ada juga masa order rame banget sampai kewalahan. Jadi benar-benar naik-turun,” ujarnya.
Strategi dan Inovasi yang Dilakukan
Di tengah pasang-surut itu, Dinda belajar bahwa kunci bisnis kuliner bukan hanya rasa, tapi juga inovasi. Ia menjaga kualitas bahan dengan selalu memilih sayuran segar dan protein premium. Lalu ia mencoba menghadirkan varian menu yang beda dari kebanyakan penjual salad Vietnam.
“Kalau biasanya orang jualan versi standar, aku ingin kasih pilihan yang lebih variatif dan menggunakan bahan premium. Makanya aku coba pakai salmon, ubur-ubur, bahkan black caviar. Tujuannya agar tetap bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang ingin makan enak, fancy, enjoy, tapi tetap sehat,” jelasnya.
Selain inovasi menu, Dinda juga gencar promosi di media sosial Instagram. Melalui akun @saladraucuvietnam, ia sering membuat konten-konten singkat tentang proses pembuatan salad roll, atau foto close-up yang membuat orang tertarik untuk mencoba. Testimoni pelanggan pun ia jadikan highlight Instagram agar calon pembeli makin yakin dengan produk salad Vietnam.
Di balik semangat Dinda, ada dukungan besar dari keluarganya, terutama ayah. Selain modal awal, ayahnya juga sering jadi orang pertama yang mencicipi produk baru. “Kalau nggak enak, ayah langsung bilang. Tapi kalau enak, beliau pasti kasih semangat lebih,” kata Dinda.
Ibunya juga tak kalah mendukung, meski lebih sering di balik layar. Kadang membantu belanja bahan, kadang sekadar menemani saat Dinda mengemas pesanan. Dukungan ini membuat Dinda merasa tidak sendirian menghadapi naik-turunnya bisnis.
Berhasil Raup Belasan Juta Rupiah
Kini, usaha ‘Salad Vietnam Raucu’ milik Dinda sudah mulai stabil. Omzetnya bisa mencapai 12-15 juta rupiah per bulan, tergantung musim dan jumlah pesanan. Selain itu, Dinda juga telah memiliki tiga orang karyawan yang membantunya dalam menjalankan bisnisnya, mulai dari berbelanja bahan dasar, packaging, hingga delivery. Bagi seorang mahasiswa, angka itu jelas lebih dari cukup untuk menambah kemandirian finansial.
“Paling lega itu ketika bisa bayar kebutuhan sendiri tanpa minta orang tua. Rasanya kayak lebih percaya diri aja,” ungkapnya.
Selain uang, ia juga mendapatkan pengalaman berharga tentang manajemen waktu, manajemen uang, dan cara menghadapi konsumen. Dinda sadar, bisnis yang dijalankannya masih kecil. Tapi bagi dirinya, ini bukan hanya soal pendapatan. Ia berhasil membuktikan ke dirinya maupun ke keluarganya bahwa ia bisa merintis bisnisnya sendiri.
Ke depannya, ia berharap bisa mengembangkan brand salad Vietnam-nya menjadi lebih besar. Tidak hanya berhenti di jualan online saja, namun juga merambah ke tenant yang buka di mall atau bahkan franchise. Ia juga ingin terus bereksperimen dengan menu baru agar konsumennya tidak bosan.
Dinda juga berpesan untuk anak-anak muda lainnya yang ingin memulai untuk mencoba sesuatu, tapi takut gagal. “Serius deh, kalau nunggu siap itu nggak akan jalan-jalan. Mulai aja dulu, dari kecil. Kalau kamu sudah konsisten, pasti akan ada jalan dan hasilnya,” pungkas Dinda.