Langit Malam yang Akan Berbeda
Bayangkan malam Minggu yang biasanya tenang tiba-tiba berubah jadi spektakuler. Bulan yang biasanya bersinar terang justru perlahan meredup, lalu berubah warna menjadi merah darah yang dramatis. Nah, inilah yang akan terjadi pada 7–8 September 2025 ketika dunia akan menyaksikan Gerhana Bulan Total atau yang lebih populer disebut sebagai Blood Moon.
Fenomena ini bukan sekadar tontonan biasa. Ia adalah perpaduan antara sains, keindahan alam, dan bahkan budaya. Yuk, kita kulik lebih dalam fakta, keunikan, serta makna di balik gerhana bulan total ini.
sebelum masuk ke artikel, Di Universitas Dinamika, ada banyak jalur beasiswa yang bisa kamu pilih: mulai dari prestasi akademik & non-akademik, sekolah kerjasama, keluarga besar Undika, influencer/digital kreator, KIP Kuliah, hingga profesi.
Dengan 6 pilihan beasiswa ini, kamu punya kesempatan belajar di kampus kreatif Surabaya.

Apa Itu Gerhana Bulan?
Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga cahaya Matahari yang biasanya membuat Bulan bersinar tertutup oleh bayangan Bumi.
Bayangan ini ada dua jenis:
- Umbra – bayangan inti Bumi yang gelap pekat.
- Penumbral – bayangan samar di pinggir.
Nah, saat Bulan melewati umbra, terjadilah gerhana total. Tapi jangan bayangkan Bulan akan hilang sama sekali. Justru, ia memantulkan cahaya merah yang menakjubkan. Itu sebabnya disebut Blood Moon.
Jadwal Gerhana Bulan September 2025
berikut waktu-waktu penting gerhana bulan ini (dalam WIB):
- Mulai gerhana penumbral: 20:58 WIB
- Mulai gerhana parsial: 21:57 WIB
- Mulai gerhana total: 23:01 WIB
- Puncak gerhana: 23:41 WIB
- Akhir gerhana total: 00:23 WIB (8 September)
- Akhir gerhana parsial: 01:27 WIB
- Akhir gerhana penumbral: 02:25 WIB
Totalitasnya berlangsung selama 82 menit – cukup lama untuk menikmati tanpa terburu-buru.

Fakta Menarik yang Bikin Gerhana Ini Istimewa
- Durasi Super Panjang
Biasanya, gerhana total hanya berlangsung sekitar 60–70 menit. Tapi kali ini kita dimanjakan dengan durasi 82 menit, salah satu yang terpanjang di dekade 2020-an. - Bulan di Apogee
Gerhana ini istimewa karena Bulan berada di apogee (titik terjauh dari Bumi). Akibatnya, pergerakan Bulan terlihat lebih lambat sehingga bayangan Bumi “menutupinya” lebih lama. - Fenomena Global
Lebih dari 7 miliar orang di seluruh dunia bisa menyaksikannya. Mulai dari Asia, Afrika, Australia, hingga sebagian Eropa. Hanya Amerika bagian utara yang agak kurang beruntung karena posisinya tidak pas. - Bagian dari Siklus Saros 128
Gerhana bulan punya siklus bernama Saros yang berulang tiap 18 tahun. Gerhana kali ini adalah bagian dari seri Saros 128, yang juga melahirkan gerhana di tahun 2007 lalu. - Warna Merah Misterius
Cahaya merah yang muncul adalah hasil penyaringan atmosfer Bumi. Partikel debu dan gas di atmosfer memantulkan cahaya biru, sementara cahaya merah lolos dan membungkus Bulan. Semakin banyak polusi atau partikel vulkanik di udara, warnanya bisa makin merah pekat.
Bagaimana Cara Menyaksikan?
Hal terbaik dari gerhana bulan adalah: aman ditonton dengan mata telanjang. Tidak seperti gerhana matahari yang butuh kacamata khusus, kamu bisa melihat Blood Moon langsung tanpa alat bantu.
Tapi kalau ingin lebih seru:
- Pakailah teleskop kecil atau binokuler untuk melihat detail kawah bulan yang tertutup cahaya merah.
- Siapkan kamera DSLR atau mirrorless dengan tripod untuk menangkap foto dramatis.
- Cari lokasi dengan langit terbuka dan minim polusi cahaya—di desa atau pinggiran kota akan lebih jelas.
Kenapa Disebut Blood Moon?
Julukan ini awalnya populer di Amerika, dipopulerkan oleh astronom amatir sekaligus media massa. Secara ilmiah, warnanya bisa bervariasi dari jingga hingga merah tua, tergantung kondisi atmosfer Bumi saat itu.
Dalam budaya, istilah “Blood Moon” sering dikaitkan dengan pertanda atau simbol perubahan. Ada yang menganggapnya sebagai momen spiritual untuk refleksi diri, ada juga yang menjadikannya inspirasi seni.
Blood Moon dalam Perspektif Budaya
Sejak zaman kuno, gerhana bulan selalu dianggap istimewa.
- Di Jawa, gerhana bulan sering disebut “grahana,” dan dalam tradisi lama dianggap saat langit “makan bulan.” Biasanya, masyarakat melakukan doa bersama atau ritual tolak bala.
- Di Tiongkok kuno, gerhana dianggap karena naga memakan Bulan. Maka orang-orang membunyikan genderang atau petasan untuk “mengusir naga.”
- Dalam budaya Barat, Blood Moon sering diasosiasikan dengan mitos, dari serigala jadi-jadian hingga ramalan perubahan besar.
Menariknya, meski zaman berubah, gerhana bulan tetap membawa rasa kagum yang sama.
Makna Ilmiah & Edukatif
Bagi dunia pendidikan, gerhana bulan adalah laboratorium alam terbuka. Siswa bisa belajar banyak hal:
- Bagaimana orbit Bumi dan Bulan bekerja.
- Kenapa Bulan bisa berwarna merah.
- Apa pengaruh atmosfer pada cahaya.
Banyak sekolah dan kampus memanfaatkan fenomena ini untuk mengajak siswa melakukan pengamatan bersama. Universitas pun bisa menjadikannya ajang literasi sains sekaligus memperkenalkan astronomi ke masyarakat.
Blood Moon dan Astrologi
Bagi pecinta astrologi, Blood Moon kali ini berada di zodiak Pisces. Banyak yang percaya energi Pisces akan membuat orang lebih reflektif, emosional, dan terbuka pada intuisi. Meskipun tidak semua percaya astrologi, ini menambah lapisan makna unik di balik fenomena langit.
Gerhana bulan selalu berhasil menyatukan orang-orang. Dari anak kecil hingga peneliti, dari desa hingga kota, semua bisa menengadah ke langit dan melihat fenomena yang sama. Ada rasa kagum, ada rasa kecil di hadapan alam semesta, tapi juga ada rasa kebersamaan.
Blood Moon September 2025 akan menjadi momen langka—bukan hanya karena durasinya yang panjang, tapi juga karena ia mengingatkan kita betapa indah dan luasnya jagat raya.