Perfeksionis, sering mengkritik diri sendiri, lalu terjebak dalam overthinking—perasaan itu ternyata bukan hanya dialami oleh sebagian orang. Bagi Fashfahissofha El Jameel, atau yang akrab disapa Sofha, pengalaman inilah yang akhirnya melahirkan karya tugas akhir yang unik: sebuah buku ilustrasi interaktif berjudul ‘Masih Aku’.
Mahasiswa program studi S1 Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika angkatan 2021 ini meramu cerita personal, riset mendalam, hingga sentuhan teknologi ke dalam sebuah buku ilustrasi yang bukan hanya indah dipandang, tapi juga penuh makna.
Buku ini bukan sekadar kumpulan ilustrasi. Buku ilustrasi ini adalah refleksi pengalaman pribadi, hasil riset mendalam, sekaligus upaya Sofha untuk berbicara tentang isu yang sering terabaikan: self criticism dan pentingnya self love.

Dari Perfeksionisme ke Karya Kreatif
Sofha mengaku ide ini datang dari refleksi dirinya sendiri. Sebagai pribadi perfeksionis, ia sering merasa terjebak dalam self criticism.
“Awalnya sempat ragu, bahkan topik ini hampir saya ganti karena terasa tidak banyak yang mengalami. Tapi setelah mencari data, ternyata banyak juga remaja yang mengalami hal sama,” tuturnya.
Akhirnya, lewat proses panjang riset—mulai dari wawancara dengan psikolog, observasi, hingga memberikan kuesioner kepada young adults—Sofha makin mantap mengangkat isu ini.
“Aku ingin menunjukkan bahwa sifat perfeksionis itu nggak selalu buruk, tapi juga bisa jadi kekuatan kalau kita tahu cara mengelolanya,” tambahnya.
Kisah Bintari dan Empat Sisi Diri
Buku ilustrasi ‘Masih Aku’ bercerita tentang Bintari, seorang fresh graduate berumur 22 tahun yang sedang menghadapi quarter life crisis. Dalam momen penuh tekanan, ia menemukan cermin ajaib yang membawanya masuk ke dunia fantasi.
Di sana, Bintari bertemu empat sisi lain dari dirinya, yaitu Clara si perfeksionis,Vera si pengkritik, Luna si pesimis, dan Aira si belas kasih. Keempat karakter ini digambarkan sedemikian rupa agar merepresentasikan kepribadian yang ditunjukkan.
Melalui interaksi dengan keempat karakter tersebut, Bintari belajar memahami luka-lukanya dan menerima dirinya. Ia pun perlahan menerima dirinya meskipun ‘retak’, dirinya tetap berharga.
Karakter dalam buku ini divisualisasikan dengan gaya realistis yang bertujuan untuk menciptakan hubungan emosional yang kuat antara pembaca dan tokoh.
“Genrenya fantasi, slice of life, sekaligus edukatif. Jadi tetap ada alur cerita yang relate dengan kehidupan remaja, tapi dibungkus dengan pesan tentang pentingnya self love,” jelas Sofha.
Selain itu, buku ilustrasi ini juga dilengkapi oleh beberapa media pendukung, seperti buku katalog, pembatas buku, kalender duduk akrilik, standee akrilik, dan masih banyak lagi.

Ilustrasi dengan Sentuhan Teknologi
Hal menarik dari karya ini, seluruh ilustrasi dikerjakan Sofha hanya dengan smartphone. Ia menggunakan aplikasi Ibis Paint dan menggambar dengan jarinya. “Art style-nya semi realis, supaya tidak terlalu kekanak-kanakan tapi juga nggak terlalu berat. Jadi pas untuk audiens remaja,” katanya.
Tidak berhenti di situ, Sofha juga menambahkan unsur Augmented Reality (AR) dalam buku ilustrasinya. Dengan memindai halaman tertentu menggunakan barcode yang diakses melalui fitur effect pada TikTok @masihaku.book, pembaca bisa melihat animasi tambahan yang memperkaya cerita.
“Sekarang kan hampir semua anak muda punya TikTok. Sehingga, AR ini bisa jadi jembatan supaya membaca buku lebih seru dan relevan,” ujarnya.

Tantangan dan Harapan
Proses kreatif yang berlangsung selama dua semester tentu tidak selalu mulus. Sofha sempat bingung menentukan tone warna dan layout. “Awalnya mau pakai warna cerah, tapi setelah brainstorming dan riset justru ketemu warna-warna gloomy yang lebih sesuai dengan tema,” ceritanya.
Meski begitu, dukungan dari teman dan dosen membuatnya semakin percaya diri. Sofha pun berharap buku ilustrasi ‘Masih Aku‘ bisa diterbitkan dan menjangkau lebih banyak pembaca.
“Harapannya sederhana: semoga buku ini bisa membantu orang-orang untuk berhenti terlalu keras mengkritik dirinya sendiri. Karena kita semua berharga dan layak dicintai,” pungkasnya.