Guru Besar Kedua Universitas Dinamika
Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) kembali mengukuhkan seorang Guru Besar. Dosen dari Fakultas Teknologi dan Informatika (FTI) sekaligus Wakil Rektor II Universitas Dinamika yang bernama Prof. Dr. M.J. Dewiyani Sunarto berhasil meraih gelar profesor dalam bidang Ilmu Pendidikan Matematika.
Pada hari Jumat (09/05/2025), ia telah dikukuhkan dalam acara Pengukuhan Guru Besar dan Rapat Senat Terbuka. Acara pengukuhan tersebut berlangsung pada pukul 09:00 – 11:00 di Ruang Laksda Mardiono, lantai 1 gedung Universitas Dinamika. Acara ini juga merupakan salah satu rangkaian dari Dies Natalis ke-42 tahun Universitas Dinamika yang jatuh pada tanggal 30 April.
Orasi ilmiah ini dihadiri oleh tamu-tamu undangan, seperti Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII, jajaran Yayasan Putra Bhakti Sentosa (yayasan yang menaungi Universitas Dinamika), relasi universitas/sekolah tinggi, internal (dosen dan struktural non-dosen).
Acara ini dimulai dengan pembukaan rapat senat terbuka oleh Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd., Rektor Universitas Dinamika kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Kepala LLDIKTI Wilayah VII, Prof. Dr. Dyah Sawitri, S.E., M.M. Dalam sambutannya, Dyah mengatakan bahwa LLDIKTI Wilayah VII mengucapkan selamat dan sukses kepada Universitas Dinamika yang telah melahirkan seorang Guru Besar.
“Kami berharap Guru Besar yang pada pagi ini dikukuhkan adalah Guru Besar yang mampu menciptakan kampus yang bermutu dan bertanggung jawab untuk perguruan tinggi tercinta (Universitas Dinamika),” ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa professor adalah asset bagi pendidikan tinggi dan mampu membantu dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) untuk Indonesia Emas 2045.
AI dalam Dunia Pendidikan Matematika
Setelah sambutan dari Kepala LLDIKTI Wilayah VII, acara pengukuhan Guru Besar yang dipimpin oleh Rektor Undika pun dimulai. Disaksikan oleh seluruh tamu undangan, Rektor Undika mengukuhkan M.J. Dewiyani Sunarto sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Matematika Universitas Dinamika. Dewiyani adalah Guru Besar kedua yang dikukuhkan setelah Prof. Dr. Bambang Hariadi, M.Pd., yang merupakan seorang Guru Besar bidang Teknologi Pembelajaran (klik di sini untuk membaca lebih lanjut).
Dewiyani, setelah dikukuhkan, kemudian menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul ‘Individualized Learning dan AI dalam Pembelajaran Matematika: Sebuah Pendekatan Inovatif di Era Digital’. Dalam orasi ilmiahnya, Dewiyani menjelaskan bahwa ia mengembangkan Individualized Learning pada Pembelajaran Matematika yang didekati dengan bantuan AI sebagai salah satu upaya pendekatan pembelajaran matematika di era teknologi modern.
“Tantangan utama sebagai pendidik matematika selama ini adalah adanya stigma yang dibekalkan masyarakat kepada peserta didik bahwa matematika adalah sulit dan ini mengakibatkan rendahnya motivasi peserta didik untuk memelajarinya,” ujar Dewiyani. Ia menambahkan bahwa persepsi negatif tersebut makin parah karena adanya metode pengajaran tradisional yang kurang interaktif dan perbedaan gaya belajar serta kecepatan pemahaman peserta didik.
Dewiyani selalu menekankan bahwa AI merupakan sebatas alat bantu, sementara pendidik tetap pemegang utama peran dalam proses pembelajaran. “AI mampu membantu pendidik dalam menyesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik, menyesuaikan tingkat kesulitan materi, serta memberikan umpan balik yang lebih personal dan mendalam,” tuturnya
Dalam jangka panjang, Individualized Learning berbasis AI berpotensi mengurangi kesenjangan akademik, meningkatkan partisipasi aktif siswa, serta membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan responsive terhadap kebutuhan individu.
Keinginan untuk Berkontribusi di Dunia Pendidikan
Selama berkiprah di Universitas Dinamika, ia telah memberi sumbangsih melalui inovasi-inovasi yang berhubungan dengan peningkatan teknologi pembelajaran, seperti program aplikasi ‘MoLearn’ yang berbasis web dan android, dan aplikasi ‘Brilian’. Selain aplikasi, ia juga telah menerbitkan beberapa buku ajar, seperti buku ajar matematika lanjut seri pembelajaran C-CHILL (Critical Creative Hybrid Independent Learning), modul materi logika mata kuliah matematika diskrit, dan masih banyak lagi untuk memudahkan para siswa untuk belajar matematika dengan lebih mudah.
Dewiyani mengatakan bahwa ide yang ia ungkap di orasi ilmiah ini dapat diwujudkan dengan melihat perkembangan teknologi yang makin pesat. “Menggunakan individualized learning, peserta didik tidak hanya memahami konsep secara lebih mendalam, tetapi juga mengembangkan kemandirian belajar, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan adaptasi untuk menghadapi tantangan global,” pungkasnya. Dengan mengembangkan penelitian ini, ia ingin memberikan kontribusi besar di dunia pendidikan sekaligus membuat banyak orang untuk menyukai ilmu matematika.